Ummu Haram Wanita Pemberani
Ummu Haram binti Milhan, Mujahid Wanita
Nama dan Nasab
Nama dan nasabnya adalah Ummu Haram binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin an-Najjar an-Anshariyah al-Khazrajiyah.
Ummu Haram adalah saudari dari Ummu Sulaim. Artinya, ia bibinya Anas bin Malik. Ia juga merupakan istri dari seorang sahabat mulia, Ubadah bin ash-Shamit. Ummu Haram termasuk wanita yang pertama memeluk Islam di Kota Madinah. Dan ia seorang syuhada di lautan.
Memeluk Islam
Pada musim haji, orang-orang Arab berdatangan menuju Mekah. Di saat itulah Rasulullah menganggap ini sebuah peluang untuk berdakwah. Beliau tawarkan Islam pada kabilah-kabilah Arab yang datang dari berbagai penjuru. Termasuk juga kepada penduduk Yatsrib (nama Madinah dulu).
Penduduk Yatsrib khususnya Bani an-Najjar masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi. Karena buyut Nabi yang bernama Hasyim menikah dengan wanita Bani an-Najjar. Dan lahirlah Abdul Muthalib. Nabi tawarkan Islam kepada Haram bin Milhan. Saudara dari Ummu Haram. Dan juga pada suaminya, Ubadah bin Shamit.
Allah lapangkan dada mereka sehingga mudah menerima Islam. mereka pun puas dengan hujjah Alquran. Mereka beriman Allah sebagai Rabb mereka. Dan Muhammad sebagai Nabi. Setiap Nabi bacakan ayat atau surat kepada mereka, kalam Allah itu benar-benar menghujami jiwa mereka. Hati mereka dipenuhi aura positif. Sehingga mereka ulang-ulangi dan bahas di pertemuan mereka. Lalu mereka sebarkan ke kalangan penduduk Madinah sepulangnya dari ziarah mereka di Kota Mekah. Kalam Ilahi ini pun mendapat kesan yang sama di jiwa Ummu Haram dan saudarinya, Ummu Sulaim. Jadilah mereka termasuk wanita pertama di Madinah yang memeluk Islam.
Di tahun berikutnya, di musim yang sama, musim haji, dua belas orang laki-laki anshar menemui Rasulullah di Aqobah. Saat itu terjadilah Baiat Aqobah pertama. Di antara dua belas orang itu, ada Ubadah bin ash-Shamit.
Ubadah sangat bersemangat berdakwah. Ini adalah bukti iman. Seseorang yang meyakini laa ilaaha illallah pastilah ia akan mendakwahkannya. Ia juga ingin orang selamat sebagaimana dirinya. Saking semangatnya para peserta Baiat Aqobah ini, tidak satu pun rumah di Madinah kecuali ada yang membacakan Alquran.
Wanita Pemberani
Ummu Haram pernah meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diikut-sertakan dalam pasukan perang di lautan. Walaupun orang Arab bukanlah orang yang berpengalaman dan ahli dalam pertempuran laut.
Keberanian Ummu Haram bisa terlihat dari catatan keikut-sertaan di Perang Uhud, Hunain, Khandaq, Fathu Mekah, dan Thaif. Ia senantiasa mendampingi suaminya, Ubadah bin ash-Shamit, dalam peperangan itu.
Kelas Utama
Penulis-penulis siroh mengatakan bahwa Ummu Haram adalah di antara wanita utama. Anas bin Malik dan selainnya pun meriwayatkan hadits darinya.
Bersama Rasulullah
Saat mengunjungi Quba, salah satu kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengunjungi Ummu Haram. Ummu Haram pun menjamu Nabi dengan makanan. Suatu ketika, saat sedang dijamu Ummu Haram, Rasulullah tertunduk dan tidur. Saat terjaga, beliau tertawa. Ummu Haram berkata,
قَالَتْ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ قَالَ مِثْلَ الْمُلُوكِ عَلَى الْأَسِرَّةِ شَكَّ إِسْحَاقُ قُلْتُ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَدَعَا ثُمَّ وَضَعَ رَأْسَهُ فَنَامَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ يَضْحَكُ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ مِثْلَ الْمُلُوكِ عَلَى الْأَسِرَّةِ فَقُلْتُ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ قَالَ أَنْتِ مِنْ الْأَوَّلِينَ فَرَكِبَتْ الْبَحْرَ زَمَانَ مُعَاوِيَةَ فَصُرِعَتْ عَنْ دَابَّتِهَا حِينَ خَرَجَتْ مِنْ الْبَحْرِ فَهَلَكَتْ
“Apa yang membuat Anda tertawa, Rasulullah”? Rasulullah menjawab, “Aku melihat sekelompok orang dari umatku. Mereka berperang di jalan Allah. Mengarungi lautan seperti para raja di atas singgasana atau bagaikan para raja di atas singgasana.” -Ishaq ragu antara keduanya-
Aku (Ummu Haram) berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah semoga aku termasuk di antara mereka.” Kemudian beliau mendoakannya. Setelah itu beliau meletakkan kepalanya hingga tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa”? Beliau menjawab, “Sekelompok umatku diperlihatkan (Allah) kepadaku, mereka berperang di jalan Allah mengarungi lautan seperti para raja di atas singgasana atau bagaikan para raja di atas singgasana.” Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, doakan aku termasuk di antara mereka.” Beliau bersabda, “Kamu termasuk dari rombongan pertama.”
Pada masa (pemerintahan) Muawiyah, Ummu Haram turut dalam pasukan Islam berlayar ke lautan (untuk berperang di jalan Allah). Ketika mendarat, dia terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal dunia. [HR. al-Bukhari 5810].
Dari Tsabit al-Bunani, dari Anas bin Malik, ia berkata,
دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ مَا هُوَ إِلاَّ أَنَا وَأُمِّي وَخَالَتِي أُمُّ حَرَامٍ، فَقَالَ: “قُوْمُوا فَلأُصَلِّ بِكُمْ”. فَصَلَّى بِنَا فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلاَةِ
“Rasulullah datang menemui kami. Saat itu hanya ada beliau, aku, ibuku, dan bibiku Ummu Haram. Beliau mengatakan, ‘Berdirlah. Aku akan mengimami kalian’. Lalu beliau pun mengimami kami di selain waktu shalat (wajib).” [HR. Muslim 660].
Maksudnya mengimami shalat sunat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ جَيْشٍ مِن أُمَّتي يَغْزُونَ البَحْرَ قدْ أوْجَبُوا، قالَتْ أُمُّ حَرامٍ: قُلتُ: يا رَسولَ اللَّهِ أنا فيهم؟ قالَ: أنْتِ فيهم، ثُمَّ قالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أوَّلُ جَيْشٍ مِن أُمَّتي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لهمْ، فَقُلتُ: أنا فيهم يا رَسولَ اللَّهِ؟ قالَ: لا.
“Pasukan pertama dari kalangan umatku yang berperang menyeberangi laut, wajib bagi mereka.” Ummu Haram berkata, “Apakah aku termasuk mereka, Rasulullah”? Beliau menjawab, “Engkau termasuk dari mereka.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasukan pertama dari umatku yang menyerang ibu kota Caesar (Konstantinopel), mendapatkan ampunan.” Ummu Haram menanggapi, “Apakah aku termasuk mereka, Rasulullah”? Beliau menjawab, “Tidak.” [HR. al-Bukhari 2924].
Maksud dari wajib bagi mereka adalah wajib bagi mereka masuk surga.
Ummu Haram tidak termasuk pasukan yang memerangi Romawi di Konstantinople. Karena ia wafat sebelum sampai di sana. Ini sebagai bukti kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengabarkan tentang kejadian di masa mendatang, dan hal itu persis terjadi.
Wafat
Ummu Haram berangkat bersama suaminya, Ubadah bin ash-Shamit, menuju Konstantinopel. Melintasi lautan. Berperang menghadapi Romawi. Ketika mereka sampai di Kepulauan Siprus. Ummu Haram hendak menaiki tunggangannya, hewan itu menendangnya. Ia pun terjatuh dan meninggal. Ia dimakamkan di Kepulauan Siprus itu. Peristiwa ini terjadi pada masa Kekhalifahan Utsman. Dan Muawiyah sebagai gubernur Syam yang mengirim pasukan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Muawiyah turut serta dalam pasukan ini. Ia didampingi istrinya, Fakhitah binti Qurzhah dari Bani Naufal bin Abdu Manaf.
Ummu Haram wafat di Siprus pada tahun 27 H. Dan dimakamkan di sana.
Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/22083/أم_حرام_بنت_ملحان